Sejak selesai
direnovasi, aku mulai suka mengunjungi perpustakaan kampus, terutama lantai
satu. Suasananya menjadi lebih tentram dan menyenangkan. Dinding-dinding bukan
lagi berupa satu warna yang membosankan. Kini di satu sisi terdapat warna-warni
seperti berupa puzzle, di sisi lain ada
juga gravity tulisan berbahasa
Thailand—dan aku pernah bertanya-tanya bagaimana bacanya, dan benda-benda hias berbahan
dasar kayu yang digantung maupun ditempel di sisi lain. Jumlah meja dan bangku
juga lebih banyak dari yang sudah-sudah. Penataan seakan telah disulap menjadi luar
biasa rapih dan enak dipandang. Di bagian tertentu, disediakan juga tempat
lesehan. Kalau boleh kubilang, pertama kali melihat tempat ini, kukira akan
dijadikan kafe atau semacamnya. Ternyata, aku keliru. Malahan tidak ada
mahasiswa atau mahasiswi yang boleh membawa makanan dan minuman sejak memasuki
pintu masuk. Sayang sekali.
Saturday, 9 November 2019
Friday, 8 November 2019
Pemuda Di Bulan Oktober
Pada
bulan Oktober lalu—tepatnya hari
Sabtu, hujan deras melanda kota kami, Malang, dan kudengar dari televisi sore
itu air turun merambat sampai ke seluruh Jawa. Kami—aku dan suami, Sopyan—yang
sedang duduk santai di sofa sambil menikmati hari akhir pekan dengan tontonan
acak dan mie instan, tiba-tiba dikagetkan oleh geledek yang suaranya luar biasa
meledak. Televisi mati. Kipas mati. Lampu padam. Ruang keluarga menjadi gelap
dan seketika tubuhku dingin dan bulu kuduk merinding. Aku menyambar tubuh Sopyan
secara spontan karena takut, begitu pun dirinya karena tahu aku takut.
Subscribe to:
Posts (Atom)