Monday 13 March 2017

Permainan Sebuah Koin





Dari sudut manapun, rumah itu terlihat seperti gula putih yang sedang dikerumuni para semut. Di balik garis kuning sebelum gerbang keluar, para warga terdekat berkerumun untuk menyaksikan. Orang-orang yang sedang melintas berhenti dari tujuannya semula, bertanya-tanya apa yang sedang terjadi, yang akhirnya dari kejauhan hanya terdengar seperti radio rusak. Nafas mereka mengepul, membuat segumpal asap bertebaran di udara. Kebanyakan dari mereka beralih meraih ponselnya, lalu mengambil gambar dan menyebarkannya di media sosial dengan coretan kata-kata, yang menurut mereka harus dilakukan agar terlihat kekinian, sementara sisanya merasakan duka atas kejadian yang mengenaskan itu. Di belakang mereka semua terdapat beberapa mobil polisi dan ambulan yang sudah tiba sejak fajar menampakan dirinya. Di halaman yang cukup luas sebelum mendekati pintu masuk, orang-orang yang berasal dari kepolisian tengah menyelediki pemuda yang sudah tidak bernyawa itu. Karena kasus kali ini membuat otak mereka tidak berjalan dengan normal, jadi mereka yang bahkan memiliki kewenangan khusus itu pun lebih memilih untuk tidak memperburuk keadaan sampai semua nampak jelas dalam nalar manusia.
 Seorang pemuda berbadan kekar berlutut dengan kedua tangan menyentuh tanah, menundukkan kepalanya yang diikuti oleh linangan air mata setiap kali orang-orang yang mengelilinginnya menghujani berbagai pertanyaan.

"Saya lupa memberitahunya semalam," ucapnya ketika dimintai penjelasan.

"Koin ini," lanjutnya dengan isak yang semakin menjadi, menatap lurus benda bundar keemasan yang ada dalam genggamannya, "seharusnya tidak boleh lepas darinya, lalu dibelanjakan, apapun itu."