Dari sudut manapun, rumah itu
terlihat seperti gula putih yang sedang dikerumuni para semut. Di balik garis
kuning sebelum gerbang keluar, para warga terdekat berkerumun untuk
menyaksikan. Orang-orang yang sedang melintas berhenti dari tujuannya semula,
bertanya-tanya apa yang sedang terjadi, yang akhirnya dari kejauhan hanya
terdengar seperti radio rusak. Nafas mereka mengepul, membuat segumpal asap
bertebaran di udara. Kebanyakan dari mereka beralih meraih ponselnya, lalu
mengambil gambar dan menyebarkannya di media sosial dengan coretan kata-kata,
yang menurut mereka harus dilakukan agar terlihat kekinian, sementara sisanya
merasakan duka atas kejadian yang mengenaskan itu. Di belakang mereka semua
terdapat beberapa mobil polisi dan ambulan yang sudah tiba sejak fajar
menampakan dirinya. Di halaman yang cukup luas sebelum mendekati pintu masuk,
orang-orang yang berasal dari kepolisian tengah menyelediki pemuda yang sudah
tidak bernyawa itu. Karena kasus kali ini membuat otak mereka tidak berjalan
dengan normal, jadi mereka yang bahkan memiliki kewenangan khusus itu pun lebih
memilih untuk tidak memperburuk keadaan sampai semua nampak jelas dalam nalar
manusia.
Seorang pemuda berbadan kekar berlutut dengan kedua tangan menyentuh tanah, menundukkan kepalanya yang diikuti oleh linangan air mata setiap kali orang-orang yang mengelilinginnya menghujani berbagai pertanyaan.
Seorang pemuda berbadan kekar berlutut dengan kedua tangan menyentuh tanah, menundukkan kepalanya yang diikuti oleh linangan air mata setiap kali orang-orang yang mengelilinginnya menghujani berbagai pertanyaan.
"Saya lupa memberitahunya
semalam," ucapnya ketika dimintai penjelasan.
"Koin ini," lanjutnya dengan
isak yang semakin menjadi, menatap lurus benda bundar keemasan yang ada dalam
genggamannya, "seharusnya tidak boleh lepas darinya, lalu dibelanjakan,
apapun itu."