Wednesday, 29 June 2016

Ketukan Tembok di Malam Hari

By:
Dambelu R


Bagi kalian yang percaya tentang dunia perhantuan, tenang, kalian tidak salah; pun tidak benar. Bagi kalian yang tidak percaya tentang hal itu, aku harap kalian selalu dalam kondisi yang baik. Ingat, semua bisa terjadi begitu saja. Begitu saja. Kalian tak tahu apa yang akan terjadi pada dirimu selanjutnya. Kalian hanyalah manusia.

Maaf, kalimat-kalimat di atas tidak begitu berguna. Anggap saja sebagai kalimat pengantar.

***

Wednesday, 15 June 2016

Angin di Bulan Desember

by:
Dambelu

Dari kejauhan, seseorang mendekat di antara kerumunan banyak orang.
Rani mematung seketika. Mulutnya beralih membentuk huruf O. Rok abu-abu yang ia kenakan diremas sekuat tenaga. Kini, jantungnya berdetak secepat lelaki tersebut melangkah.
Rani ingin berlari menjauh, tapi entah mengapa dirinya merasa tak sanggup.
Ketika lelaki itu sudah berada di hadapannya, ia seolah tenggelam dalam lautan yang luas nan dangkal. Sesak, kemudian gelap.
Mereka saling menatap. Kemudian kelopak mata Rani mulai pecah dengan air mata.
“Kenapa!?” ucap si lelaki.
Dan untuk yang kedua kalinya, kini suara lantangnya terdengar lebih keras. Di tengah-tengah keramaian, pandangan orang-orang yang sedang berlalu-lalang berpusat pada mereka berdua.
Rani hanya menunduk menahan isak, menutup muka dengan kedua tangan, dan seketika tangisnya menghebat.
“Pato…, maaf,” ucap lirih dari mulut mungilnya. Mungkin terlalu sederhana, tapi Pato yakin Rani mengucapkannya dengan ketulusan hati.
Pato kemudian meraih memeluk tubuhnya. Rani hanya bisa pasrah dalam pelukan yang hangat itu. Kehangatan yang ia inginkan; yang ia rindukan. Ia membalasnya dengan nikmat.
Hingga beberapa saat menikmati suasana, ia menatap langit-langit, lalu berbisik, “Aku hanya takut, bahwa suatu hari nanti kau akan mencintaiku.”
Mendengar perkataannya barusan, Pato merasa kecewa. Ternyata Rani belum juga mengakui keberadaan perasaannya. Padahal tiga tahun sudah mereka menjalani hari-hari bersama.
“Dan kau perlu tahu, bahwa aku sudah terlanjur jatuh hati padamu. Lantas, apa yang salah?”
 “Jelas itu salah,” ujar Rani dengan suara tegasnya yang sudah kembali. “Ketika seseorang mulai mencintai, perasaan itu akan menjadi sebuah kebencian. Dan ketika hal itu terjadi, maka ia akan segera menghilang.”
“Dan kamu,” lanjutnya menjauh dari pelukan, “akan segera lenyap dari kehidupanku.”
Lalu, angin terakhir pada bulan Desember berhembus membekukan suasana.

Saturday, 4 June 2016

The Mirror of English Usage



Mostly countries agree that English is as lingua franca. Realizing the fact that it is an important language, many Indonesian schools have developed a policy to use English as a Medium Instruction (EMI) (Shintawati: 2015). Indeed, youth—often called as “the agent of change”—as student, is the subject who has to learn English besides their mother tongue. They are young people whose age are between 13-19 years old so that they are mostly still going to senior high school or even have been in a college. However, even though the schools have already implemented that policy, some students still ignore it; some still passionately learn about it. Consequently, whether both of them are able to master English or not, they will have significant differences in the future.